#LateNightThinkingPost : Because We All Are Different

Akhirnya aku menemukan nama label yang cocok untuk beberapa post khusus yang selama ini sering aku tulis. It's #LateNightThinkingPost. Berisi tulisan-tulisan tentang pemikiran-pemikiranku, tentang suatu makna, tentang penemuan-penemuan yang sering muncul di larut malam dan membuatku tidak bisa tidur dan mau tidak mau harus aku tulis di blog karena aku takut pemikiran tersebut hilang begitu saja padahal itu bagian dari evaluasi diri, pembelajaran diri, pengingat, dan bisa membuatku upgrade. Damn! Did I just write one sentence in 4 lines? Lol. 

Anyway, aku menemukan bahwa ternyata salah satu kunci kedamaian adalah menghargai perbedaan, dan untuk bisa menghargai perbedaan kita harus MENERIMA PERBEDAAN. Wow! Klasik! Udah sering denger! Basi! Haha. Aku yakin, kalian pembaca yang terbiasa mendengar hal tersebut akan berhenti di sini dan mungkin langsung close tab. Haha.

If I were you, honestly I would do that too. I used to not understand the meaning of life that quoted by other person. I prefer to experience it by myself, discover by myself, learn it by myself. Because it will be stuck on me, even though it's very classic and other person has quoted it before me. 

So, if I think people will not read it, why did I write it? Kembali ke tagline blog-ku "Aku menulis apa yang ingin aku tulis bukan yang ingin kamu baca". :)

Okay.. langsung saja.

Dulu aku berpikir bahwa orang Indonesia itu adalah orang yang paling menghargai perbedaan. Kita terdiri dari berbagai suku, kita terdiri dari berbagai agama, kita adalah binneka tunggal ika. Tapi kini di KGSP Language Program, setelah aku sering berinteraksi dengan berbagai orang dari berbagai negara, aku menemukan bahwa background negara ga menentukan apakah orang tersebut bisa menerima perbedaan atau tidak. 

Jadi, perbedaan itu bukan sekedar perbedaan suku, agama, budaya, keyakinan, dan hal-hal general lainnya. Tapi perbedaan itu menyangkut hal-hal kecil seperti selera orang, ketahanan batin seseorang, bahkan cara berpikir orang. Itulah yang membentuk karakter setiap individu, sehingga setiap individu itu berbeda, tak peduli background negaranya.

Selama ini setiap aku ditanya, "Fah, kamu bisa masak?"

Aku akan menjawab, "Bisa, tapi sesuai seleraku".

Maksudku adalah selera orang berbeda-beda. Jika seseorang memasak sesuai selera dia dan kebetulan selera dia tidak sama dengan seleramu, kemudian kamu bilang dia tidak bisa memasak, it means kamu salah satu orang yang tidak bisa menerima perbedaan.

Begitupun selera orang berpakaian atau bergaya. Kalau kamu masih sering mengomentari cara berpakaian seseorang, like "Ke kampus kok pakai dress?", "Bajunya terlalu pendek", "Potongan rambutnya miring", dan lain-lain. Oh please... itu selera dia!! Accept it! we all are different!! Kita semua ga harus punya selera kayak kamu.

Selama ini yang digembor-gemborkan tentang menerima perbedaan adalah menerima bahwa manusia itu ada yang berkulit hitam ada yang putih, ada yang bermata sipit ada yang bermata lebar, ada yang tinggi ada yang pendek, ada yang berambut keribo ada yang berambut lurus. Yah. Aku bicara tentang ras. Padahal menerima itu saja tidak cukup, setiap individu berbeda jauh sampai ke dalam jati dirinya masing-masing. Menurutku, orang yang tidak bisa menerima bahwa selera setiap orang itu berbeda sama saja dengan racist. Sebab, sebagaimana ras itu melekat karena gen yang berbeda-beda... selera atau style juga melekat karena kita tumbuh di lingkungan berbeda, pengalaman yang berbeda, orang tua yang berbeda. So, jangan pernah mempertanyakan, heran, atau judge seseorang yang tidak sama denganmu.

Begitupun ketahanan batin seseorang, perasaan seseorang, tingkat kesedihan seseorang, kepintaran seseorang, tingkat kebahagiaan seseorang, dan aspek-aspek lainnya, itu juga berbeda. Jangan mengukur dari sudut pandangmu saja.

Kalau ada orang bunuh diri, lalu kamu berkomentar "Padahal cuma digituin aja bunuh diri!", berarti kamu berpotensi jadi pembunuh tersebut. 

"Gitu aja sedih! Aku lho pernah gagal ini gagal itu."

"Gitu aja takut, aku aja pernah ini itu biasa aja."

"Gitu aja belajar segitunya. Gitu aja diapalin. Aku lho ga pernah belajar bisa-bisa aja." 

Jika kamu seperti itu berarti kamu tidak bisa menerima bahwa kita berbeda dari berbagai aspek.

Satu lagi hal yang sering tidak disadari, CARA BERPIKIR KITA JUGA BERBEDA!! Cara berpikir menentukan bagaimana kita menyelesaikan masalah, bagaimana kita mengambil keputusan, bagaimana kita meng-INTERPRETASI-kan suatu kasus. Jika seseorang melakukan hal-hal yang berbeda denganmu it is okay. Accept it! Once again, because we all are different. 

At least, if you can't accept it, DO NOT JUDGE!! 

Ketika kamu sudah memulai untuk menerima perbedaan, kamu akan melihat bahwa baik atau buruk, cantik atau jelek, enak atau tidak enak, dan yang tak kalah penting BENAR ATAU SALAH, semua itu sangat sangat sangat RELATIF. Semua orang punya sudut pandangnya masing-masing. Do not judge!

Kamu juga Fah! Kamu harus bisa memahami bahwa cara berpikir orang itu berbeda. Jadi ketika orang lain berkomentar tentang selera, ketahanan batin, perasaan, dan lain-lain, jangan mengjudge orang tersebut "tidak bisa menerima perbedaan", siapa tahu mereka punya alasan lain. Bisa jadi mereka ingin disanjung, mereka ingin jadi trend setter, mereka ingin dianggap paling benar, mereka ingin diakui, mereka iri, mereka ingin... ahhh.... Stop berkomentar tentang orang lain! Stop judging! Arrghht! Kenapa kompleks sekali pikiranku ini. ARRRGGHT!!

Okelah! Ini sudah hampir jam 2 am. Saatnya kamu tidur Fah.. I know it's not easy to put all the things in your mind here. Pokoknya terimalah bahwa setiap orang itu berbeda dari aspek sekecil apapun itu. Do not judge whether they are good or bad, right or wrong, correct or incorrect! People have their own reasons, because we all are different.

No comments:

Powered by Blogger.